Menyediakan waktu berolahraga bagi beberapa generasi milenial di zaman seperti sekarang ini rasanya cukup sulit. Masuk di usia 20-an, generasi milenial ini sudah sibuk dengan segudang kegiatannya. Mulai dari perkuliahan, organisasi, relawan, hingga pekerjaan. Tidak ada yang salah jika generasi milenial ini sangat bersemangat mengikuti berbagai kegiatan. Fisik dan mental yang masih fit tentunya membuat semangat mereka seakan-akan tidak pernah berkurang.
Permasalahan baru timbul ketika pola hidup sehat generasi milenial mulai terganggu. Sebut saja yang paling sering dijumpai ialah merokok.
Lingkungan pergaulan yang kurang baik ini cenderung mudah masuk ke dalam kehidupan para milenial. Percaya atau tidak baik mereka yang merokok atau pun yang tidak merokok memiliki daya tahan tubuh yang berbeda-beda. Ada yang merokok tapi sehat-sehat saja, dan yang tidak merokok malah sakit-sakitan. Positive thinking saja kalau yang suka merokok juga diimbangi dengan pola makan sehat dan olahraga teratur.
“Kamu perokok Ted?”
Tidak. Tapi, masih sering sakit juga. Apalagi di musim pancaroba. Tenggorokan mudah sekali terserang radang. Aku sadar ini karena pola makan Aku juga yang tidak sehat dan belum teratur olahraga. Oleh karena itu,di artikel ini Aku mau coba membagikan pengalaman tentang pola hidup sehat yang pernah dan sedang dijalani.
Saat Aku duduk di bangku kuliah sekitar tahun 2015, berat badan mulai tidak ideal. Faktor utamanya hanya dua. Sering makan dan jarang berolahraga.
Kenapa bisa jarang berolahraga?
Malas. Jawaban klasik yang pasti beberapa mahasiswa juga sudah hafal di luar kepala. Tidak ada waktu untuk melakukan olahraga karena kuliah harus berangkat pagi. Sorenya, karena sudah terlalu lelah dengan kegiatan perkuliahan, sampai rumah langsung tidur.
Semakin hari semakin menumpuk saja lemak di dalam tubuh. Terutama perut.
Lulus kuliah pun tidak jauh berbeda keadannya. Ini juga menjadi jawaban klasik bagi beberapa pekerja yang menganut semboyan P6 (Pergi Pagi Pulang Sore Penghasilan Pas-pasan). Jarak antara rumah dengan tempat kantor yang memang jauh, memaksa para pekerja harus merasakan rasanya “tua di jalan”. Masuk kerja jam 8 pagi dan harus berangkat dari rumah jam 6 pagi.
Mana ada waktu untuk berolahraga. Paling masuk akal ya berolahraga pada hari Sabtu atau Minggu. Apakah olahraga itu cukup hanya 2 hari dalam sepekan? Padahal, dalam sepekan aktivitas kita tidak pernah berhenti. Belum lagi paparan polusi dan makanan yang kita makan juga belum tentu terjamin kebersihannya. So, jangan heran jika salah seorang teman di ruang kerja atau ruang kuliah kamu sakit, dalam beberapa hari ke depan teman yang lain juga ikut tertular. Ini karena daya tahan tubuh yang tidak maksimal.
Baru-baru ini Aku tersadar bahwa pola hidup sehat itu memang harus dijalankan. Selain memperkuat daya tahan tubuh, dengan pola hidup sehat kita bisa membantu orang lain. Contoh paling mudahnya ialah memberikan donor darah. Segudang manfaat donor darah tidak bisa kita rasakan kalau tubuh kita sendiri tidak sehat.
Aku mulai memaksakan kegiatan berolahraga setiap pagi selama 10 menit sejak pindah tempat kerja. Beruntung, tempat kerja Aku saat ini tidak terlalu jauh dari rumah. Kenapa harus “memaksakan”? Menurutku, segala sesuatu yang baik itu harus dipaksakan, karena kalau tidak dipaksakan, maka kebaikan itu tidak akan kita rasakan manfaatnya.
Olahraga apa yang bisa dilakukan 10 menit setiap pagi?
Ada dua. Awal tahun ini sampai sekarang ini aku mencoba gerakan Tabata. Tabata merupakan program latihan yang ditemukan oleh Dr. Izumi Tabata dari Jepang. Tabata hanya membutuhkan waktu selama 4 menit satu putaran. Kamu bisa menambah durasi jika kamu kuat. Mudahnya, dalam satu putaran Tabata, ada beberapa gerakan seperti push-up, burpees, dan mountain climbers. Tiap gerakan dilakukan selama 20 detik dengan interval istirahat 10 detik. Coba lakukan setiap hari selama satu pekan. Kamu akan merasakan perubahan dalam tubuhmu. Gerakan Tabata juga cocok bagi kamu yang ingin melangsingkan badan. Ini bentuk #AksiSehatCeria untuk generasi milenial yang pertama ya.
Selain Tabata, ada gerakan yang sangat mudah tapi besar manfaatnya. Ini didapat dari seorang bidan yang memberikan masukan olahraga yang ringan untuk Aku dan istriku.
Apa jenis olahraga tersebut?
Lari di tempat selama 10 menit dengan ritme yang stabil. Iya. Kamu bisa melakukan lari ditempat ini di mana pun dan kapan pun. Tidak ada alasan untuk tidak sempat melakukan olahraga seperti ini. Minim peralatan dan dilakukan di tempat kerja pun bisa. Selain Tabata, Aku juga mengombinasikannya dengan gerakan ini. Biasanya dilakukan 1:1 dan istirahat satu hari setelahnya. Misalnya, Senin melakukan Tabata, Selasa lari di tempat, dan Rabu untuk istirahat. Jangan lupa konsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna ditambah multivitamin untuk menunjang daya tahan tubuh.
Ada baiknya sebelum melakukan latihan-latihan tersebut, kamu cari informasi yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kamu berolahraga. Sekarang, sebuah situs yang bisa kamu jadikan referensi untuk menunjang informasi yang kamu cari yakni DokterSehat. Tentunya orang yang melakukan olahraga punya tujuan masing-masing. Ada yang ingin langsing, ada yang ingin membentuk tubuh supaya atletis, atau hanya mencari kebugaran.
Coba mulai sekarang hilangkan rasa malas kamu untuk berolahraga. Apalagi generasi milenial dituntut untuk aktif dan cepat tanggap dalam segala hal. Bagaimana mau aktif dan cepat jika daya tahan tubuh kamu tidak bagus?
0 Komentar